Yustinus:Ada 11 indikator Untuk Penilaian Kasus Stunting

Www.zonakapuas.com.Sintang-Assiten Ekonomi Sekda Yustinus mengatakan terkait problem untuk kasus stunting bahwa perbandingan antara target yang ingin dicapai dengan realisasi yang mampu dilaksanakan sangat penting untuk dipelajari. “kita juga harus mengetahui, apa saja hambatan yang kita alami sehingga realisasi yang kita capai tidak sesuai dengan target yang kita buat sendiri.

Dengan demikian, kita akan mudah menyusun rencana aksi ke depannya. Kendala yang ada menjadi catatan penting, untuk kita bisa membuat perencanaan aksi yang baik. Yang sudah berjalan sesuai rencana, kita pertahankan dan kita dorong lagi. Yang kurang, wajib kita evaluasi,” terangnya(1/8/2021)di ruang kerjanya ke media ini

Yustinus juga mengatakan rapat evaluasi Pencapaian Target Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi mulai dari 2016 hingga 2021 ini.

“hasil evaluasi ini sebagai bahan kita menyusun rencana aksi untuk tahun 2021-2026 mendatang. Soal stunting, kita sudah rencanakan berbagai kegiatan sejak 2016, dan intervensi stunting dari pemerintah pusat baru dilakukan 2017. Kita malah duluan merencanakan penurunan angka stunting”.

Ia menyebutkan ada 11 indikator untuk mengukur keberhasilan pencapaian ketahanan pangan dan gizi di Kabupaten Sintang diantaranya adalah produksi padi yang terus mengami kenaikan. Tahun 2018 produksi padi di Kabupaten Sintang mencapai 56. 375 ton per tahun. Tahun 2019 naik menjadi 79. 364 ton, dan tahun 2020 naik lagi menjadi 86. 905 ton. Pemkab Sintang memasang target tahun 2021 ini produksi padi mencapai 93. 606 ton. Produksi jagung tahun 2018 mencapai 5.722 ton, tahun 2019 naik menjadi 7. 993 ton, tahun 2020 mencapai 9. 342 ton dan Pemkab Sintang menargetkan tahun 2021 hanya 3. 621 ton saja disebabkan situasi pandemi. Dan produksi kedelai tahun 2018 mencapai 83,4 ton, tahun 2019 mencapai 83.9 ton, tahun 2020 mencapai 4,9 ton dan target 2021 adalah 904 ton

“ada 5 pilar substansi yang menjadi tanggungjawab OPD yang ada dalam kelompok kerja adalah prioritas pelayanan kesehatan dan gizi berkelanjutan pada periode emas kehidupan, peningkatan aksesibilitas pangan di tingkat rumah tangga pada wilayah sangat rawan pangan dan rawan pangan melalui pengembangan desa mandiri pangan, penerapan standar keamanan pangan berdasarkan kajian resiko dan meneruskan teknologi inovatif, penerapan prilaku hidup bersih dan sehat, serta peningkatan kemitraan dan kerjsama multi sektor dalam lembaga nasional pangan,” terang yustinus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *